3.2.10

Tempat Pembenihan Kentang Bersertifikat

Umbi Kentang Kategori Benih (G3)

EVALUASI PERBANYAKAN BENIH

Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat diambil kesimpulan bahwa produksi G0 di Screen House A masih fluktuatif, berkisar antara 1 – 3 knol per stek tanaman, sedangkan target yang ingin dicapai adalah 4 – 6 knol per stek tanaman. Permasalahan yang dihadapi pada perbanyakan G0 ini adalah :
1.Ketersediaan tanah untuk memenuhi Screen House, karena harus lapisan top soil
dan harus bebas dari penyakit yang dapat ditularkan melalui tanah.
2.Ketersediaan stek, karena sejak tahun 1995 BBI sudah tidak menerima stek dari
BALITSA sehingga untuk memenuhi kebutuhan stek dilakukan dengan sistem
perbanyakan dari G0 ke G0.
3.Laboratorium kultur jaringan yang ada belum dapat menghasilkan planlet secara
optimal karena baru dioperasionalkan pada akhir tahun 1998.

Dari data pada Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa produktivitas di Screen House B sejak phase pertama sampai dengan phase kedua masih berkisar antara 3 – 5 knol per umbi, sedangkan target yang diinginkan adalah 8 – 10 knol per rumpun.
Permasalahan yang dihadapi adalah :
1.Terbatasnya Screen House B, karena jika Screen House A dioptimalkan maka
Screen House B yang ada tidak bisa menampung produksi dari Screen House A.
2.Terbatasnya tanah untuk Screen House B, walaupun di steam dahulu tetapi tetap
memerlukan lapisan atas/ top soil.
3.Masih rendahnya produktivitas di Screen House B.
4.Biaya operasional terbatas, terutama untuk kegiatan-kegiatan persiapan lahan.
5.Ketersediaan air semakin berkurang karena lingkungan sekitarnya sudah
terganggu.

Berdasarkan data pada Tabel 3, produktivitas G2 di lahan BBI masih
berfluktuasi. Namun jika dilihat dari perolehan berat, ada peningkatan rata-rata
produksi dari 14 ton/ha pada Phase I menjadi 19.5 ton/ha pada Phase II. Hal ini dapat
disebabkan oleh:
1.Semakin bertambahnya penggunaan knol per hektar dari rata-rata 58 000 knol/ha
pada Phase I menjadi rata-rata 65 000 knol/ha pada Phase II.
2.Semakin rendahnya tingkat kerusakan benih yang disebabkan oleh hama dan
penyakit utama seperti scab dan nematoda.

Permasalahan yang dihadapi :
1.Terbatasnya lahan G2 di BBI, sehingga tidak bisa menampung kelebihan produksi
dari Screen House B.
2.Ketersediaan air yang semakin terbatas karena lingkungan sekitarnya sudah
terganggu. Hal ini menjadi masalah jika penanaman jatuh pada musim kemarau.
3. Adanya kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama Aphid dan Lalat
Penggorok Daun.

Produktivitas G3 sejak Phase I sampai Phase II masih fluktuatif. Rata-rata produktivitas per/ha adalah 11.15 ton. Rendahnya pencapaian produksi ini disebabkan oleh :
1.Manajemen BBU yang selalu berubah, sehingga mempengaruhi pelaksanaan di
lapangan terutama dalam biaya produksi benih.
2.Gangguan hama dan penyakit serta gangguan alam lainnya seperti kekeringan.

Produktivitas benih kelas G4 di penangkar masih rendah, berkisar antara 3-13 ton per hektar, hal ini sangat jauh dari harapan, padahal biaya produksi untuk menghasilkan benih sangat tinggi, berkisar antara 50 – 60 juta rupiah/ha. Dengan biaya produksi tinggi dan produktivitas yang rendah, maka harga benih G4 untuk
petani menjadi tinggi.

Permasalahan :
1.Rendahnya produktivitas penangkaran di petani, karena teknologi perbenihan belum
dikuasai.
2.Terbatasnya biaya permodalan untuk penangkaran benih sehingga pengelolaan
penangkaran menjadi kurang optimal.
3.Terbatasnya lahan untuk penangkaran benih yang memenuhi persyarantan sertifikasi.
4.Meningkatnya harga sarana produksi, terutama sarana pengendalian seperti obatobatan
(pestisida) serta banyaknya peredaran pestisida palsu.