
Pages
▼
3.2.10
EVALUASI PERBANYAKAN BENIH

1.Ketersediaan tanah untuk memenuhi Screen House, karena harus lapisan top soil
dan harus bebas dari penyakit yang dapat ditularkan melalui tanah.
2.Ketersediaan stek, karena sejak tahun 1995 BBI sudah tidak menerima stek dari
BALITSA sehingga untuk memenuhi kebutuhan stek dilakukan dengan sistem
perbanyakan dari G0 ke G0.
3.Laboratorium kultur jaringan yang ada belum dapat menghasilkan planlet secara
optimal karena baru dioperasionalkan pada akhir tahun 1998.

Permasalahan yang dihadapi adalah :
1.Terbatasnya Screen House B, karena jika Screen House A dioptimalkan maka
Screen House B yang ada tidak bisa menampung produksi dari Screen House A.
2.Terbatasnya tanah untuk Screen House B, walaupun di steam dahulu tetapi tetap
memerlukan lapisan atas/ top soil.
3.Masih rendahnya produktivitas di Screen House B.
4.Biaya operasional terbatas, terutama untuk kegiatan-kegiatan persiapan lahan.
5.Ketersediaan air semakin berkurang karena lingkungan sekitarnya sudah
terganggu.

berfluktuasi. Namun jika dilihat dari perolehan berat, ada peningkatan rata-rata
produksi dari 14 ton/ha pada Phase I menjadi 19.5 ton/ha pada Phase II. Hal ini dapat
disebabkan oleh:
1.Semakin bertambahnya penggunaan knol per hektar dari rata-rata 58 000 knol/ha
pada Phase I menjadi rata-rata 65 000 knol/ha pada Phase II.
2.Semakin rendahnya tingkat kerusakan benih yang disebabkan oleh hama dan
penyakit utama seperti scab dan nematoda.
Permasalahan yang dihadapi :
1.Terbatasnya lahan G2 di BBI, sehingga tidak bisa menampung kelebihan produksi
dari Screen House B.
2.Ketersediaan air yang semakin terbatas karena lingkungan sekitarnya sudah
terganggu. Hal ini menjadi masalah jika penanaman jatuh pada musim kemarau.
3. Adanya kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama Aphid dan Lalat
Penggorok Daun.

1.Manajemen BBU yang selalu berubah, sehingga mempengaruhi pelaksanaan di
lapangan terutama dalam biaya produksi benih.
2.Gangguan hama dan penyakit serta gangguan alam lainnya seperti kekeringan.

petani menjadi tinggi.
Permasalahan :
1.Rendahnya produktivitas penangkaran di petani, karena teknologi perbenihan belum
dikuasai.
2.Terbatasnya biaya permodalan untuk penangkaran benih sehingga pengelolaan
penangkaran menjadi kurang optimal.
3.Terbatasnya lahan untuk penangkaran benih yang memenuhi persyarantan sertifikasi.
4.Meningkatnya harga sarana produksi, terutama sarana pengendalian seperti obatobatan
(pestisida) serta banyaknya peredaran pestisida palsu.